Magazine Cover
March 7, 2024

Fotografis: Kebaharuan dan Pertanyaan – Radhi Nibras

”Fotografis” merupakan wacana baru yang mulai berkembang dalam beberapa waktu terakhir. Kebaharuan tentu akan memberikan kesegaran sekaligus rasa keingintahuan lebih dalam. Respon serupa juga ditemui pada wacana fotografis. Hal baru akan selalu dibandingkan dengan yang sudah umum.

Ketika kebaharuan tersebut menggunakan atau mengatasnamakan hal yang sudah ada, maka korelasi antar keduanya akan selalu dicari. Oleh karena itu, fotografis sebagai sebuah kebaharuan akan selalu dikorelasikan dengan fotografi dalam berbagai aspek.

Jogja Fotografis Festival adalah sebuah rangkaian festival yang menggunakan wacana fotografis sebagai wacana utama. Festival yang diwujudkan dalam rangkaian pameran, menjadi sebuah gerakan untuk mendobrak batasan-batasan pada praktik fotografi yang selama ini dilakukan.

Dikutip dari web Jogja Fotografis Festival, pemahaman fotografi yang lebih luas (di sini kemudian dipakai kata sifat: fotografis) akan membuka wilayah dan perdebatan yang selama ini seakan-akan tidak dianggap sebagai fotografi, yang kemudian mengerucut kepada temuan-temuan fotografi sebagai perspektif dan metode yang memiliki kuasa estetikanya sendiri. Festival ini memberikan sudut pandang baru terhadap fotografi sekaligus pertanyaan-pertanyaan yang muncul di baliknya.

Karya-karya yang dipamerkan pada Jogja Fotografis Festival kebanyakan berwujud seni rupa atau seni kontemporer. Wujud karya ini muncul karena pengertian fotografis yang digunakan adalah mewujudkan hasil pengkaryaan yang dapat memunculkan visual-visual lain (ingatan, bayangan, gambaran, imajinasi dan lain sebagainya) pada audiens. Dasar pemahaman untuk memunculkan visual lain secara personal membuat karya-karya yang ditampilkan tersusun atas simbol-simbol yang dapat merangsang ingatan atau imajinasi visual terkait dengan konteks yang dibicarakan.

Pemahaman ini membuka ruang baru dalam berkarya dan mengabaikan batasan teknis yang ada pada fotografi. Secara umum estetika fotografi memiliki dua tataran yaitu teknis dan ide (Soedjono, 2007:7). Penerapan wacana fotografis dapat mengabaikan aspek teknis dalam fotografi karena kemunculan gambar/visual terjadi secara otomatis pada diri audiens, sehingga pengkarya dapat fokus kepada ide dan gagasan yang ingin disampaikan.

Aspek teknis yang dimaksud adalah perekaman cahaya menggunakan media peka cahaya (kamera atau medium peka cahaya lainnya), sebagaimana pemahaman teknis fotografi yang selama ini digunakan. Koridor ini telah menjadi pembatas antara fotografi dan medium seni lainnya.

Salah Satu Karya pada JOFFIS, F-STOP Galeri RJ Katamsi
Foto : Inashifa

Seperti yang telah disebutkan di awal pembahasan, setiap kebaharuan akan selalu datang dengan pertanyaan. “Fotografis” yang menambahkan ’s’ pada dasar kata fotografi membuatnya berarti ”bersifat fotografi”. Pada dasarnya, setiap benda akan selalu dapat dibagi ke dalam dua aspek yaitu kebendaan dan sifat.

Pemenuhan kedua aspek ini akan menjadikan sebuah benda menjadi utuh. Sebagai contoh, gelas. Secara kebendaan, gelas adalah sebuah wadah yang terbuat dari kaca. Sedangkan secara sifat, gelas adalah benda yang dapat menampung air dalam jumlah tertentu.

Ketika sebuah benda dapat menampung air namun tidak berbentuk gelas, maka benda itu tidak dapat disebut sebagai gelas (cangkir, ember, atau lain sebagainya) dan sebaliknya. Hal ini juga dapat diterapkan pada kata “fotografis”. Menggunakan prinsip yang sama maka agar sebuah karya fotografi dapat dikatakan utuh ketika memiliki wujud fotografi.

Wacana fotografis telah membuka ruang dan perspektif baru pada fotografi. Wacana ini melepaskan batasan-batasan teknis pada fotografi dan membuatnya berada dalam cakupan yang lebih luas. Karena fotografi secara sifat dapat ditemukan dimanapun, bahkan secara lebih dalam pada hal apapun.

Dalam konteks seni, sifat fotografi dapat ditemukan pada medium-medium seni lainnya, baik itu seni rupa ataupun seni pertunjukan. Namun, timbul sebuah pertanyaan terkait keterbatasan teknis yang ada; apakah fotografi sebagai medium seni kurang mampu untuk menyampaikan ide maupun gagasan pada suatu karya seni?