Blog
-
Menakar Risografi dalam Pembuatan Buku Foto - Kurnia Ngayuga Wibowo
Foto : Geffir, Graphic Handler, 2024 Sore itu, Azhar Fathurrohman, salah satu orang dibalik Graphic Handler, penerbit dan percetakan risografi di Cirebon menanyakan suatu hal kepada saya, “Yug, kenapa RAWS gak pake risografi buat bikin buku fotonya?”. Pertanyaan itu tentu saja membuat saya kebingungan, karena saya tidak memiliki otoritas untuk menjawab hal itu sebagai perwakilan dari RAWS Syndicate. Tetapi, pertanyaan Azhar itu menarik perhatian saya untuk mencari tahu lebih lanjut, kenapa praktik risografi jarang diaplikasikan pada pembuatan buku foto.
-
Performativitas Senyuman Ditinjau dari Atas Jok Astrea Prima - Ragil C. Maulana
Hubungan saya dan pagi tidak terlalu akrab. Sebagai kognitariat yang banyak menggunakan waktu malam untuk bekerja, saya kerap baru terlelap setelah subuh, ketika langit masih dikuasai gulita, lalu terjaga ketika matahari siang sudah berkobar sepanas neraka. Namun demikian, pada suatu hari yang senggang baru-baru ini, saya tidak sengaja tidur dengan tertib sesuai jam biologis manusia pada umumnya. Perjumpaan yang canggung dengan pagi pun tak terelakkan. Konon, alangkah bijaksananya pabila kita memulai pagi dengan sarapan.
-
Fotografis: Kebaharuan dan Pertanyaan – Radhi Nibras
”Fotografis” merupakan wacana baru yang mulai berkembang dalam beberapa waktu terakhir. Kebaharuan tentu akan memberikan kesegaran sekaligus rasa keingintahuan lebih dalam. Respon serupa juga ditemui pada wacana fotografis. Hal baru akan selalu dibandingkan dengan yang sudah umum. Ketika kebaharuan tersebut menggunakan atau mengatasnamakan hal yang sudah ada, maka korelasi antar keduanya akan selalu dicari. Oleh karena itu, fotografis sebagai sebuah kebaharuan akan selalu dikorelasikan dengan fotografi dalam berbagai aspek. Jogja Fotografis Festival adalah sebuah rangkaian festival yang menggunakan wacana fotografis sebagai wacana utama.
-
Behind The Cover: Berkaca Diri Melalui Imaji - Inashifa
Membuka lembaran album foto dan memandang potret diri saat beranjak. Saya adalah salah satu orang yang beruntung, karena proses saat beranjak terdokumentasikan dengan sangat baik. Sumringah, sedih, atau gusarnya bocah kecil yang sudah tidak mood untuk di potret, tampak terekspresikan dengan jujur dalam foto-foto tersebut. Memang, ingatan tentang momen-momen tersebut tidak lagi utuh, dapat dikenang tapi bukan berarti akan sama rasanya. Namun, bernostalgia selalu punya ruangnya sendiri, mengurai hal-hal yang baru dapat terurai oleh diri dewasa kini, memeluk sang bocah kecil dari apa yang dirasanya kurang adil saat itu.